Ads (728x90)

”Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu Hangrungkebi, Mulat Sarira Hangrasa Wani” ”Dikir, Fikir, dan Amal Sholeh”

------

2014 - 2015 musim pilkada, kita sibuk dalam pesta 5 tahunan. Kita sibuk memperjuangkan "figur NU", dan masyarakat terpolarisasi otomatis.

2016 - 2017  musim pilgub DKI, kita terlibat keriuhan Pilgub ibu kota yg selalu menarik untuk dibicarakan baik menghujat maupun memuji.

2017 - 2018 musim pilkada serentak, kita banyak menghabiskan waktu perang opini dan kampanye untuk kemenangan "figur NU".

2018 - 2019 musim pilpres dan pileg yg banyak menghabiskan energi, waktu, dan sumber dana. Polarisasi semakin meruncing.

2019 - 2021 akan datang musim pilkada serentak lagi, bersiaplah..

2021 - dan seterusnya datang juga pemilu-pemilu yang tidak akan pernah berhenti. Memang musiman, dan silih berganti, tapi berjalan sepanjang tahun.

Pesta (pencoblosan) yang digelar hanya sehari, namun seolah berjalan 24/7, 365 hari, atau sepajang tahun. Waktu dan energi kita terkuras banyak untuk setiap pemilu musiman yg datang silih berganti tanpa henti sejak 1998.

Lalu, kapan kita fokus dan serius mengurus NU?

Apakah sudah memiliki program tahunan atau lima tahunan yang terstruktur, terarah dan terukur?

Barangkali, sungguh kita tidak akan diminta pertanggung jawaban tata kelola pemerintahan. Tapi justru akan diminta perjanggung jawaban atas kepengurusan NU?

Faktanya, mengapa wahabi, PKS, dan radikalisme malah makin menguat?

Padahal kita tidak pernah lelah dan berhenti memperjuangkan kepemimpinan daerah maupun nasional?

Barangkali, kita terlalu latah atau bingung menentukan target dan prioritas kita? Padahal NU akan berumur seabad pada 2026?

Percayalah, hari ini dunia milenial 4.0 semakin cepat berubah. Mampu menggeser nilai, budaya, ideologi, ekonomi, dan opini dengan kuat. Arus penyebaran faham, informasi dan teknologi tidak dapat dibendung atau diputar ke belakang?

Hari ini, masyarakat pedesaan bisa mengkases informasi melalui ruang privat atau kamar pribadi mereka, dan secara perlahan hijrah menuju faham dan pandangan baru yg menarik untuk diyakini.

Masyarakat kita masih ada yang mengharamkan televisi, tapi bebas mengakses Youtube, Facebook, dan Whatsapp. Lalu bisakah kita mengendalikan atau melarang mereka? Saya yakin tidak bisa.

------

Pemilu-pemilu akan selalu datang silih berganti. Namun sudahkan kita serius dan fokus mengurus NU, memperkuat internal dan kultur NU yg perlahan terkontaminasi radikalisme?

Politik memang penting. Dan kita dituntut totalitas. Tetapi, apakah pemilu berjalan sepanjang tahun?

Puasa ramadhan memang dituntut totalitas. Tapi apakah harus sepanjang tahun? Gusti Allah mengatur apa yg seharusnya dilakukan oleh hambaNya sesuai bulan dan musimnya. Sementara kita mengatur sekenanya.

*Banyak hal penting selain politik.*

Ideologi, ekonomi, budaya, sosial, teknologi, riset, dan banyak hal lain yg juga penting.

Segala sesuatu, jika terlalu melimpah akan menjadi murah : sayuran dan buah-buahan jika lagi musim dan melimpah akan memiliki harga murah.

Jika semua orang membicarakan politik, maka politik menjadi murah. Dan kita kehilangan banyak hal yang bernilai sangat mahal.

*Jadi, apakah target dan prioritas untuk NU, untuk internal kita sendiri?*

Barangkali sudah ada program yang terstrutur, terarah, dan terukur untuk NU, Aswja, dan masyarakat terdekat kita?

Kalau saya boleh saran untuk prioritas dan urgen :

1. Halaqoh/lailatul ijtima/diskusi dan konsolidasi
2. Investasi/kaderisasi digital di setiap lini.

------

Mohon maaf atas kelancangan dan segala kekhilafan saya.

Salam Satu Indonesia.

Oleh Ichsan
24032019

Posting Komentar