Ads (728x90)

”Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu Hangrungkebi, Mulat Sarira Hangrasa Wani” ”Dikir, Fikir, dan Amal Sholeh”

Serikat tani atau organisasi tani di desa-desa masih belum sepenuhnya berdaya. Poktan, Gapoktan, KTW, dan segala macam organisasi petani bentukan pemerintah masih banyak berkutat mengenai keberhasilan dan penghasilan. Ditambah lagi program bantuan modal, asuransi gagal panen, bantuan sekolah lapang dan berbagai program yang fokus pada peningkatan jumlah produk dan nilai lebih. Padahal, masyarakat tani adalah masyarakat yang komunal, berbudaya gotong-royong dan bekerja bersama-sama. Keadaan berubah dengan datangnya penindasan di berbagai lini melalui otoritarianisme orde baru. Rezim yang pandai membungkus kebusukan menjadi kampanye-kampanye yang “membahagiakan dan menenangkan”.

Diakui atau tidak, program-program pemerintah tidak banyak dinikmati kaum tani miskin dan buruh tani. Namun, lebih banyak dimanfaatkan oleh tujuh setan desa. Mulai dari penguasa desa yang culas, intelektual penjilat, tengkulak, rentenir, preman-preman dll. Termasuk juga petani kaya dan tuan tanah. Ini dikarenakan bukan hanya sistim kapitalisme dan politik oligarkis saja, namun rezim administratif dan birokrat juga berperan secara sistematis.

Kaum tani selain dihadapkan pada pemerintah yang tidak mendukung demokratisasi dan penguatan organisasi yang progresif, kini juga dihadapkan oleh korporasi pembiayaan dan koperasi (palsu) pembiayaan. Korporasi pembiayaan biasanya menyediakan pinjaman dalam bentuk besar, membantu membelikan sepeda motor, mobil, dan beberapa perabot yang dianggap mewah. Sedangkan koperasi palsu, biasanya menyediakan pinjaman dana lebih sedikit dengan jaminan yang sangat mudah. Dalihnya adalah koperasi simpan pinjam.

Kepungan dari segala lini dan bidang inilah yang membuat sebagian aktivis kiri pendamping kaum tani kemudian perlahan kabur. Sebagian mereka juga ragu akan datangnya revolusi, berpikir ulang terkait kekuatan massa dan langkah-langkah yang maju lainnya.

Kaum tani, sebagaimana yang ditulis oleh Lenin dan juga DN Aidit, tidak sama dengan kaum buruh. Ada empat kelas petani dan masing-masing kelas nantinya bisa dipecah lagi. Dari keempat kelas ini, jumlah massa terbesar dan yang kadar tertindas serta terhisapnya paling parahlah yang harus diorganisir. Mereka harus terdidik dan terpimpin untuk sadar juga melawan. Baik melawan kelompok tertentu atau melawan budaya paham lama yang destruktif serta terbelakang. Lebih-lebih melawan praktik-praktik penghisapan dan penindasan yang dilakukan oleh tuan tanah, petani kaya, tengkulak, penguasa desa yang jahat, kapitalis birokrat dan rentenir berkedok koperasi.

Di hari Koperasi yang sudah kesekian ini, koperasi sejati milik kaum tani masih sangat minim. Di satu provinsi, mungkin hanya ada belasan serikat tani independen yang organisasinya tangguh. Dari belasan tersebut tidak lebih dari separo yang memiliki koperasi tani. Sebab, banyak sekali faktor-faktor eksternal maupun internal yang tidak bisa diselesaikan dengan hitungan jari. Perlu studi terus menerus, secara dialektis dan historis.

Hari-hari depan masih lah panjang. Jalur revolusi sudah jelas, hanya saja jalan menuju kesana haruslah dibangun terlebih dahulu. Kelompok-kelompok organik sampai hari ini terus terbentuk. Krisis kapitalisme juga semakin parah. Saat mereka kapitalisme dan imperialisme sibuk mencari penutup luka yang terlanjur membusuk, kaum tani dan kelas buruh semestinya juga bergerak menciptakan golok untuk memotong luka tersebut. Menghabisinya.

Koperasi kaum tani dibangun bukan untuk memenuhi kemauan rezim administratif. Dengan minimal 20 orang, foto copy KTP dll. Koperasi kaum tani adalah nilai-nilai dan usaha mencari solusi bersama. Koperasi yang demokratis, yang tak didominasi individu tertentu. Baik modalnya atau sistemnya.

Oleh: Ali Ibrahim

Posting Komentar